Karena baca novel ini suka bersambung, alias baca nya selang seling hari, alhasil sempat lupa runutan ceritanya. Tapi, overall aku suka sama buku ketiga dari trilogi Negeri 5 Menara ini terutama bagian setengah buku terakhir, ya walaupun masih lebih ngena di hati Buku pertama nya, Negeri 5 Menara. Hehe
aku mau tulis secumit cerita dinovel ini, tepat di halaman 357. Saat itu, Alif sedang gundah gulana sangat dengan keadaan Mas Garuda yang menghilang belum ditemukan pasca peristiwa 11September, antara hidup atau telah tiada, tak ada yang tahu.
"Kehilangan memang memilukan. Tapi kehilangan hanya ada ketika kita sudah merasa memiliki. bagaimana kalau kita tidak pernah merasa memiliki? Dan sebaiknya kita jangan terlalu merasa memiliki. Sebaliknya, kita malah yang harus merasa dimiliki. Oleh Sang Maha Pemilik."
"Kenapa tidak boleh merasa memiliki?" tanya Aku. Bukannya kita diberikan kesempatan di dunia ini untuk memiliki?
Ustad Fariz membalas, "Pada hakikatnya, tidak ada satu pun yang kita miliki. Segalanya di dunia ini hanya pinjaman. Bahkan kita meminjam waktu dan nyawa kepada Yang Kuasa. Hidup, raga, roh, suami, istri, orangtua, anak, keluarga, uang, materi, jabatan, kekuasaan. Semua adalah titipan sementara. Pemilik sebenarnya cuma Dia."
Aku membela diri, "Tapi ustad, rasa memiliki membuat kita bertanggung jawab dan mencintai."
"Bahkan rasa cinta itu sendiri adalah titipan-Nya," lanjut Ustad Fariz.
"Tentu tidak ada salahnya mencintai dan mengambil tanggung jawab. Tapi kita harus siap dan sadar sepenuhnya, bahwa Sang Pemilik setiap saat bisa meminta kembali milik-Nya. Karena itu kenapa harus merasa sangat memiliki?" katanya membalas dengan pertanyaan.
Salam Metamorf!!
No comments:
Post a Comment